Siska angriany t 1422090066
LILI INDA SARI 1422090154
ASMAUL
HUSNAH S 1422090155
MAYA ASTARI DEWI 1422090156
NURDINA MANOMA 1422090157
INDRAWATI 1422090158
MEGAWATI 1422090159
Muh.thaufi q.h 1422090160
ANDI FADERIANI 1422090161
MAYA HASKARLINA 1422090162
SRI DEWI 1422090164
JULAIHA KALSABA 1422090167
RISNAWATI IDRIS 1422090168
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2011
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. ….. i
KATA PENGANTAR................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang .................................................................................... 1
1.2. Tujuan
.................................................................................................. 2
1.3. Manfaat................................................................................................. 3
BAB
II TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Konsep
Dasar Teoritis ....................................................................... 4
2.1.1. Definisi ............................................................................ 4
2.1.2. Etiologi............................................................................... 4
2.1.3. Manifestasi
Klinis ........................................................... 5
2.1.4. WOC
................................................................................. 6
2.1.5. Patofisiologi
..................................................................... 7
2.1.6. Pemeriksaan
penunjang ............................................... 7
2.1.7. Penatalaksanaan
........................................................... 7
2.1.8. Komplikasi
....................................................................... 9
BAB
III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
........................................................................................ 14
3.2. Diagnosa....................................................................................... .... 26
3.3. Intervensi
dan Implementasi .......................................................... 28
3.4. Evaluasi
............................................................................................. 30
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ........................................................................................ 32
4.2. Saran ................................................................................................... 32
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sindrom koroner akut (acute coronary syndrome/ACS)
meliputi spektrum penyakit dari infark miokard akut (MI) sampai angina tak
stabil (unstable angina). Penyebab utama penyakit ini adalah trombosis
arteri koroner yang berakibat pada iskemi dan infark miokard. Derajat iskemik
dan ukuran infark ditentukan oleh derajat dan lokasi trombosis.
Sejak 1960‐an, ketika terapi standard
menjadi istirahat penuh (bed rest) dan defibrilasi (jika diperlukan),
angka kematian infark miokard akut menurun terus. Sindrom koroner akut (SKA)
merupakan keadaan darurat jantung dengan manifestasi klinis rasa tidak enak
didada atau gejala lain sebagai akibat iskemia miokardium. SKA terdiri atas
angina pektoris tidak stabil, infarct myocard acute (IMA) yang disertai elevasi segmen ST. Penderita dengan
infark miokardium tanpa elevasi ST.3 SKA ditetapkan sebagai manifestasi klinis
penyakit arteri koroner. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan manifestasi
utama proses aterosklerosis.3
The American Heart Association memperkirakan
bahwa lebih dari 6 juta penduduk Amerika, menderita penyakit jantung koroner
(PJK) dan lebih dari 1 juta orang yang diperkirakan mengalami serangan infark
miokardium setiap tahun. Kejadiannya lebih sering pada pria dengan umur antara
45 sampai 65 tahun, dan tidak ada perbedaan dengan wanita setelah umur 65
tahun.4–6 Penyakit jantung koroner juga merupakan penyebab kematian utama (20%)
penduduk Amerika.
1.2 Tujuan
1.
Tujuan
Umum
Adapun
tujuan umum dari makalah ini adalah Untuk Mengetahui dan Memahami Tentang
Konsep Dasar Teori dan Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada Pasien dengan
Sindrom Koroner Akut.
2.
Tujuan
Khusus
Adapun tujuan khusus dari makalah
ini antara lain adalah :
1.
Untuk
mengetahui konsep dasar teori dari Sindrom Koroner Akut.
2.
Untuk
mengetahui konsep dasar Askep teoritis pada pasien dengan Sindrom Koroner Akut
dengan meliputi Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervensi, implementasi dan
evaluasi.
1.1 Manfaat
Adapun
manfaat dari makalah ini antara lain :
- Untuk meningkatkan pengetahuan tentang Sindrom Koroner Akut
- Untuk meningkatkan pengetahuan Asuhan Keperawatan Gawat Darurat dari Sindrom Koroner Akut
- Untuk menambah referensi pustaka bagi mahasiswa Keperawatan UMI tentang Sindrom Koroner Akut
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Teoritis
2.1.1 Defenisi
Sindrom koroner akut (SKA) adalah
sekumpulan gejala yang di akibatkan oleh pengganggunya aliran darah pada
pembuluh darah koroner di jantung secara akut. Gangguan pada aliran darah
tersebut disebabkan oleh thrombosis (pembekuan darah) yang terbentuk di dalam
pembuluh darah sehingga menghambat alirah darah.
SKA terbagi atas 2 bagian yakni
angina tidak stabil dan infark miokard akut. Angina tidak stabil adalah dimana
pembekuan darah tidak sampai menyebabkan sumbatan total pada pembuluh darah,
sedangkan infark miokard akut terjadi jika pembekuan darah menyebabkan aliran
darah tersumbat total.
a. Angina
Pectoris
Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis berupa
serangan sakit dada yang khas, yaitu ditekan atau terasa berat di dada yang
sering kali menjalar ke lengan kiri. Hal ini bisa timbul saat pasien melakukan
aktivitas dan segera hilang apabila aktivitas di hentikan.
Ciri khas tanda dan gejala angina pectoris dapat dilihat
dari letaknya (daerah yang terasa sakit), kualitas sakit hubungan timbulnya
sakit dengan aktivitas dan lama serangannya, sakit biasanya timbul di daerah
sterna atau dada sebelah kiri, dan menjalar ke lengan kiri. Kualitas sakit yang
timbul beragam dapat seperti di tekan benda berat di jepit atau terasa panas.
Sakit dada biasanya timbul saat melakukan aktivitas dan hilang saat berhenti
dengan lama serangan berlangsung antara 1-5 menit.
b. Infark
Miokard Akut
Infark miokard akut (IMA) adalah nekrosis miokard darah
ke otot jantung. Nyeri dada serupa dengan angina tetapi lebih insentif dan
menetap lebih dari 30 menit, tidak sepenuhnya menghilang dengan istirahat
ataupun pemberian nitro gliserin nausea berkeringat dan sangat menakutkan
pasien, pada saat pemeriksaan fisik didapatkan muka pucat karti kardi dan bunyi
jantung 3 (bila disertai gagal jantung kongestif).
2.1.2
ETIOLOGI
Masalah yang sesungguhnya pada SKA terletak pada
penyempitan pembuluh darah jantung (vasokontriksi). Penyempitan ini diakibatkan
oleh 4 hal yaitu :
a) Adanya
timbunan lemak (aterosklerosis) dalam pembuluh darah akibat konsumsi kolesterol
yang tinggi.
b) Sumbatan
(trombosit) oleh sel bekuan darah (thrombus)
c) Vasokontriksi
(penyempitan pembuluh darah akibat kejang terus menerus.
d) Infeksi
pada pembuluh darah
Terjadinya
SKA dipengaruhi oleh beberapa keadaan yakni :
a) Aktivitas
atau latihan fisik yang berlebihan (tidak terkondisikan)
b) Stress
atau emosi dan terkejut.
c) Udara
dingin, keadaan-keadaan tersebut ada hubungannya dengan peningkatan aktivitas
simpatis sehingga tekanan darah meningkat, frekuensi debar meningkat dan kontra
aktivitas jantung meningkat.
2.1.3
MANIFESTASI
KLINIK
·
Rasa tertekan, teremas,
terbakar yang tidak nyaman, nyeri atau rasa ‘penuh’ yang sangat terasa dan
menetap di bagian tengah dada dan berlangsung selama beberapa menit (biasanya
lebih dari 15 menit).
·
Nyeri yang memancar sampai
ke bahu, leher, lengan, atau rahang, atau nyeri di punggung diantara tulang
belikat.
·
Pening atau pusing
·
Berkeringat
·
Mual
·
Sesak napas
·
Keresahan atau firasat
terhadap malapetaka yang akan dating
2.1.4
PATOFISIOLOGI
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan
jantung akibat suplei darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. Penyebab penurunan suplai
darah mungkin akibat penyempitan arteri
koroner karena aterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh emboli (plak) atau thrombus. Penurunan
aliran darah koroner juga bisa diakibatkan oleh syok atau perdarahan. Pada
setiap kasus ini selalu terjadi ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen jantung.
Iskemia yang
terjadi berlangsung cukup lama (>30-45menit) menyebabkan kerusakan seluler
yang irreversibel. Plak aterosklerosis menyebabkan bekuan darah atau
trombus yang akan menyumbat pembuluh
darah arteri, jika bekuan terlepas dari tempat melekatnya dan mengalir ke
cabang arteri koronaria yang lebih perifer pada arteri yang sama.
Dua jenis kelainan yang terjadi pada IMA adalah
komplikasi hemodinamik dan aritmia. Segera setelah terjadi IMA daerah miokard
setempat akan memperlihatkan penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat
penurunan ejection fraction, isi sekuncup (stroke volume) dan peningkatan
volume akhir distolik ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri
naik dengan akibat tekanan atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan atrium
kiri di atas 25 mmHg yang lama akan menyebabkan transudasi cairan ke jaringan
interstisium paru (gagal jantung).
Miokard yang masih relatif baik akan mengadakan
kompensasi, khususnya dengan bantuan rangsangan adrenergeik, untuk
mempertahankan curah jantung, tetapi dengan akibat peningkatan kebutuhan
oksigen miokard. Kompensasi ini jelas tidak akan memadai bila daerah yang
bersangkutan juga mengalami iskemia atau bahkan sudah fibrotic. Sebagai akibat
IMA sering terjadi perubahan bentuk serta ukuran ventrikel kiri dan tebal
jantung ventrikel baik yang terkena infark maupun yang non infark.
Perubahan tersebut menyebabkan remodeling ventrikel yang
nantinya akan mempengaruhi fungsi ventrikel dan timbulnya aritmia. Bila IMA
makin tenang fungsi jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini
disebabkan karena daerah-daerah yang tadinya iskemik mengalami perbaikan.
Daerah-daerah diskinetik akibat IMA akan menjadi akinetik, karena terbentuk
jaringan parut yang kaku. Miokard sehat dapat pula mengalami hipertropi.
Terjadinya penyulit mekanis seperti ruptur septum
ventrikel, regurgitasi mitral akut dan aneurisma ventrikel akan memperburuk
faal hemodinamik jantung. Aritmia merupakan penyulit IMA tersering dan terjadi
terutama pada menit-menit atau jam-jam pertama setelah serangan. Hal ini
disebabkan oleh perubahan-perubahan masa refrakter, daya hantar rangsangan dan
kepekaaan terhadap rangsangan.
2.1.6
Pemeriksaan
diagnostic
·
EKG
·
Pemeriksaan Laboratori
·
Pemeriksaan Darah
·
Pemeriksaan Enzim Serum
2.1.7
Penatalaksanaan
Tindakan pencegahan penyakit jantung


Untuk pasien SKA, pandua terapi menggunakan pertolongan
akronim ABCDE.
a. Untuk
terapi antiplatelet, antikoagulan,
penghangat enzim pengubah – angiotensin, dan penyakit reseptor – angiotensin.
b. Untuk
penyakit – beta dan pengendalian TD (blood
pressu pressure).
c. Untuk
terapi kolesterol (cholesterol dan
menghentikan rokok) cigarette smoking cessation.
d. Untuk
penatalaksanaan diabetes dan diet.
e. Untuk
exercise atau olahraga.
·
Bagi
penderita angina tidak stabil dan NSTEMI, penanganannya juga meliputi :
a) Perintang
beta-andrenergik untuk mengurangi beban jantung yang berlebihan dan kebutuhan
oksigen.
b) Hiparin
dan inhibitor glikoprotein IIb/IIIa untuk meminimalkan agregasi keping darah
dan bahaya oklusi koroner pada pasien berisiko-tinggi (pasien yang menggunakan
kateterisasi dan troponin positif),
c)
Nitrogliserin
I.V. untuk mendilasi arteri koroner dan meringankan nyeri di dada.
d) Bedah
angioplasti koroner transluminal perkutaneus atau graf bypass arteri koroner
untuk lesi obstruktif.
e) Antilipemik
untuk menurunkan kenaikan tingkat kolesterol seum atau trigliserida.
·
Bagi
penderita STEMI, penanganannya meliputi intervensi awal seperti di atas
dan juga:
a) Terapi
trombolitik (kecuali bila ada kontraindikasi) dlam waktu 12 jam setelah
serangan gejala untuk mengembalikan kepatenan dan meminimalkan nekrosis.
b) Heparin
I.V. untuk meningkatkan kepatenan di arteri koroner yang diserang.
c) Inhibitor
glikoprotein IIb/IIIa untuk meminimalkan agregasi keping darah.
d) Inhibitor
enzim pengkonversi-angiotensin (angiotensin - converting enzyme – ACE) untuk
menurunkan afterload dan preload dan mencegah pembentukan kembali (dimulai 6 jam
setelah adanya admisi atau jika kondisi pasien stabil)
e) PTCA,
penempatan stent, atau bedah CABG untuk membuka arteri yang mengalami rintangan
atau menyempit.
2.1.8
Komplikasi
ü Dapat
terjadi tromboembolus akibat kontraktilitas miokard berkurang.
ü Dapat
terjadi gagal jantung kongestif apabila jantung tidak dapat memompa keluar
semua darah yang diterimanya.
ü Distrimia
adalah komplikasi tersering pada infark.
ü Distrimia
adalah syok kardiogenik apabila curah jantung sangat berkurang dalam waktu
lama.
ü Dapat
terjadi ruptur miokardium selama atau segera setelah suatu infark besar.
ü Dapat
terjadi perikarditis, peradangan selaput jantung (biasanya berapa hari setelah
infark).
ü Setelah
IM sembuh, terbentuk jaringan parut yang menggantikan sel-sel miokardium yang
mati.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT
DARURAT
3.1 PENGKAJIAN
- Data
dasar tentang info status terkini pasien
- Pengkajian
sistematis berhubungan dengan gambaran gejala : nyeri dada, sulit bernafas
(dispneu), palpitasi, pingsan (sinkop), atau keringat dingin (diaphoresis)
Masing-masing harus di evaluasi waktu
dan durasinya serta factor yang mencetuskan dan yang meringankan
- Pengkajian
fisik
- Tingkat
kesadaran
- Nyeri
dada
- Frekuensi
dan irama jantung
- Bunyi
jantung
- Tekanan
darah
- Denyut
nadi perifer
- Tempat
infuse intravena
- Warna
kulit dan suhu
- Paru
- Nafas
pendek
- Fungsi
gastrointestinal
- Status
volume cairan
3.2 DIAGNOSA
a.
Gangguan rasa tak nyaman nyeri akut
Gangguan rasa tak nyaman dan nyeri akut dapat terjadi
sehubungan dengan kurangnya suplai oksigen ke otot jantung sekunder karena
oklusi arteri coronaria. Kondisi ini di tandai dengan rasa nyeri dada hebat
dengan menjalar ke leher, punggung belakang, dan epigastrium. Di samping itu,
ekspresi wajah tampak kesakitan, kelelahan, lelah, perubahan kesadaran nadi dan
tekanan darah.
Intervensi
1) Monitor
dan catat karakteristik nyeri; lokasi nyeri, intensitas nyeri, durasi nyeri,
kualitas dan penyebaran nyeri
2) Kaji
apakah pernah ada di rawayat nyeri dada di sebelumnya
3) Atur
lingkungan tenang nyaman, jelaskan bahwa pasien harus istirahat
4) Ajarkan
teknik relaksasi seperti nafas,
5) Periksa
tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
pengobatan analgetik
Kolaborasi
1. Pemberian
tambahan oksigen dengan nasal canule atau masker.
2. Pemberian
obat-obatan sesuai indikasi, anti angina (nitrogyserin seperti; nitro-disk,
nitro bid),
Beta blokers;
propanorol ( indera ), pindolol (vietlen), atenol (tenormin), analgesic (
seperti; morphin / meperidine/demoral ), cantagonis (seperti nifedipine /
adalat ).
b.
keterbatasan aktivitas fisik
Keterbatasan aktivitas fisik terjadi
sehubungan dengan suplai oksigen dan keburukan oksigen yang tidak seimbang, iskemik/ kematian otot
jantung. Kondisi ini ditandai dengan kelelahan, perubahan nadi dan tekanan
darah aktivitas, perubahan warna kulit.
Intervensi
1) Catat
nadi, irama, dan tekanan darah sebelum saat aktivitas dan setelah aktivitas.
2) Anjurkan
dan jelaskan bahwa pasien harus istirahat sampai keadaan stabil.
3) Anjurkan
pasien supaya tidak mengedan jika buang air besar
4) Hindarkan
pasien kelelahan di tempat duduk
5) Rencanakan
aktifitas bertahap jika telah bebas nyeri; duduk di tempat tidur, berdiri,
duduk di kursi 1 jam sebelum makan
6) Ukur
tanda vital sebelum dan setelah aktivitas.
Kolaborasi
Merujuk ke ASAS untuk program tindak lanjut dan
rehabilitasi.
c.
Rasa Cemas
Rasa cemas dapat terjadi berkaitan
dengan perubahan status menjadi sakit,
ancaman kematian, kegagalan berhaji. Kondisi ini di tandai dengan tekanan
darah meningkat, wajah tampak cemas, perhatian
hanya pada diri sendiri.
Intervensi
1) Lakukan
komunikasi terapeutik dengan cara membina hubungan saling percaya dan dengarkan
keluhan pasien dengan sabar.
2) Dampingi pasien, cegah tindakan destruktif dan
konfrontatif
3) Jelaskan
tindakan-tindakan yang akan dilkukan
4) Jawab
pertanyaan pasien dengan konsisten
5) Bantu
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
Kolaborasi
Pemberian sedative misalnya diazepam
(valium), flurazepam hydrochloride (dalmane), lorazepam (ativan) Potensial penurunan “ cardiac out put”
d.
Potensial Penurunan “cardiac out Put”
Penurunan cardiac out put dapat terjadi
sehubungan dengan perubahan nadi, aliran konduksi, dan penurunan
preload/peningkatan SVR.
Intervensi
1) Ukur
tekanan darah , evaluasi kualitas nadi
2) Kaji
adanya murmur, S3 dan S4.
3) Dengarkan
bunyi nafas
4) Siapkan
alat-alat atau obat-obatan emergensi.
Kolaborasi
1) Pemberian
oksigen tambahan
2) Pemasangan
infuse
3) Rekam
EKG
4) Pemeriksaan
Rontgen thoraks ulang
e.
Potensial penurunan perfusi jaringan
Ini terjadi sehubungan dengan
vasokontrinsik hipovolemia.
Intervensi
1) Awasi
perubahan emosi secara mendadak misalnya bingung, cemas, lemah dan penurunana
kesadaran
2) Awasi
adanya sianosis, kulit dingin dan nadi perifer
3) Kaji
adanya tanda-tanda homan’s ; nyeri pada pergelangan lutut, eritema dan edema
4) Monitor
pernafasan
5) Kaji
fungsi pencernaan; ada tidaknya mual , penurunan bunyi usus, muntah, distensi
abdomen dan konstipasi
6) Monitor
pemasukan cairan; ada tidaknya perubahan dalam produksi urine.
Kolaborasi
1) Pemeriksaan
laboratorium; astrup, creatinin, dan elektrolit
2) Pengobatan;
heparin, panitidine dan antasida.
f.
Perubahan Volume Cairan
Perubahan volume cairan yang berlebahan
terjadi sehubungan dengan penurunan perfusi organ dari renal, peningkatan retensi sodium dan air, serta peningkatan
tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma.
Intervensi
1) Kaji
bunyi nafas, ada tidaknya cracles
2) Kaji JVD (distensi vena jugularis) dan edema ada
atau tadak ada
3) Keseimbagan
cairan
4) Timbang
berat badan setiap hari
5) Jika
memungkinkan berikan cairan 2000 cc/ 24
jam
Kolaborasi
Pemberian garam/ minum dan diuretic misalnya Furosemid
(lasix)
3.4
IMPLEMENTASI
Pada tahap implementasi atau pelaksanaan
dari asuhan keperawatan meninjau dari apa yang telah di rencanakan atau
intervensi sebelumnya dengan tujuan utamanya penghilangan nyeri dada, tidak ada
kesulitan bernafas, pemeliharaan atau pencapaian perfusi jaringan yang adekuat,
mengurangi kecemasan, mematuhi program asuhan diri, dan tidak adanya
komplikasi.
3.5 EVALUASI
Hasil yang diharapkan
a. Pasien
menunjukkan pengurangan nyeri.
b. Tidak
menunjukkan kesulitan dalam bernafas
c. Perfusi
jaringan terpelihara secara adekuat
d. Memperihatkan
berkurangnya kecemasan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Infark
jantung adalah nekrosis sebagian oto jantung
akibat berkurangnya suplai darah ke bagian otot tersebut akibat oklusi
atau thrombosis arteria koronaria atau dapat juga akibat keadaan syok atau
anemia akut. Apabila seseorang mengalami Nyeri dada tiba-tiba berlangsung
terus menerus, terletak dibagian bawah sternum dan perut atas harus dilakukan
tindakan segera yaitu EKG, Pemeriksaan Laboratori, Pemeriksaan Darah,
Pemeriksaan Enzim Serum. Setelah diagnosis infark miokard akut ditegakkan maka
selanjutnya dilakukan observasi dngan cermat.
Berdasarkan materi yang ada tentang sindrom
koroner akut asuhan keperawatan yang dilakukan yaitu :
-
Melakukan pengkajian
-
Menganalisa data
-
Merumuskan diagnosa keperawatan
-
Merencanakan tujuan dan intervensi
-
Mengimplemetasi rencana keperawatan
-
Mengevaluasi
4.2 Saran
·
Bagi klien yang mempunyai gejala-gejala yang tampak seperti Nyeri yang
memancar sampai ke bahu, leher, lengan, atau rahang, atau nyeri di punggung
diantara tulang belikat dan gejala sebelumya maka perlu dilakukan dignosis dini
karena dapat dicurigai mengalami penyakit sindrom koroner akut terutama infark
miokard akut. Dengan diagnosis yang
tepat dan dengan tindakan yang cermat dan tepat maka kita akan menyelamtkan
nyawa penderita.
Dalam upaya meningkatkan asuhan keperawatan
klien dengan penyakit infark miokard akut, hendaknya :
-
Klien diberi support agar dapat mempercepat penyembuhan
-
Memberi perawatan dan perhatian kepda klien dalam proses perawatan
-
Penigkatan dan penyedian sarana dan prasarana serta kerja sama antara
pihak rumah sakit dengan keluarga
Diharapkan kepada keluarga kiranya dapat merawat klien
apabila dilakukan perawatan dirumah.
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner and Suddarth (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta
: EGC.
Corwin J. Elizabeth (2009).
Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Krisanty Paula, S.Kep, Ns, dkw (2009).
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta
: TIM
Koroner-akut-infarkmiokard_obat_hosppharm.pdf-adobe
reader
No comments:
Post a Comment