Assalamu Alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita dapat diberi
kesehatan untuk menjalankan aktivitas kita sehari-hari. Tak lupa, Salawat dan
Salam semoga tetap tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Serta kepada
keluarga, para sahabat-sahabatnya, dan seluruh umatnya.
Hari Rabu tanggal 3 Juli 2016, saya dan sahabat yang
berinisial Mr.A dan Mrs.G sedang nonton
di salah satu bioskop yang ada di Kota Makassar, yaitu Bioskop Cinema 21 M’TOS.
Kami memilih nonton film Rudy Habibie (Habibie &
Ainun 2) yang merupakan film yang sangat boming pada waktu itu, dan memang
sebelumnya saya sangat berkeinginan untuk nonton film tersebut. Saya sangat
berharap dengan menonton film tersebut saya bisa mendapatkan nilai-nilai
kehidupan yang menginspirasi saya untuk menjalani hidup kedepannya.
Untuk tidak terlupakan dan lebih berkesan, saya pribadi berinisiatif untuk membuat Sinopsis dari Film Rudy Habibie (Habibie Ainun 2) ini. Semoga dapat bermanfaat nantinya untuk para pembaca dan saya sendiri tentunya.
Film ini menceritakan tentang kehidupan masa muda seorang
visioner dan teknokrat, bapak Presiden Republik Indonesia ketiga yaitu Bapak Bacharuddin Jusuf Habibie
yang dikenal dengan nama Rudy Habibie. Awal film ini mengisahkan waktu kecil
Rudy yang hidup bersama Ayah dan Ibunya yaitu Alwi Abdul Jalil
Habibie dan R.A. Tuti Marini
Puspowardojo. Rudy merupakan
anak keempat dari delapan bersaudara. Ayahnya merupakan seorang ahli pertanian
yang berasal dari etnis Gorontalo keturunan Bugis sedangkan Ibunya berasal dari
etnis Jawa.
Rudy memanglah anak yang berbeda dengan anak anak kecil
lain seusianya. Rasa ingin tahunya membuat Rudy selangkah lebih maju. Karena
rasa ingin tahu dan kekeraskepalaan Rudy, banyak konsep cara kerja benda dia
pahami sebelum mendapatkan teori fisikanya. Bila bermain adalah cara Rudy
mendapatkan masalah, sekolah dan buku adalah cara dia mengakses jawaban dari
permasalahan yang dihadapinya. Tapi karena fokusnya yang berbeda akhirnya Rudy
menjadi anak yang bisa dianggap aneh,
gagap dan hanya mau berurusan dengan apa yang dia suka saja. Bahkan
gara-gara dia mau melihat balon terbang, teman-teman sekelasnya jadi tak
sengaja mengumpulkan kondom bekas dari pelabuhan karena mereka pikir itu
balon.
Rudy Habibie merupakan anak yang cerdas, saleh dan sangat
dekat dengan Ayahnya, hal ini dibuktikan dengan kasih sayang dan pengharapan ayah yang sangat besar kepada Rudy. Rudy
sangat suka bermain dengan mainan
meccano-nya, bahkan pada saat dia dan ibunya berlari menyelamatkan diri dari
penjajah Jepang yang membombardir wilayah Pare-Pare pada tahun 1942 itu
membuatnya harus masuk pengungsian,
ketika menyelamatkan diri, iya melupakan meccano-nya, dan iya nekat kembali berlari kerumah untuk
mengambil mainan meccano kesayangannya. Di situ juga, kadang Rudy tak suka pada
pesawat karena dalam logika anak-anaknya,
pesawat membawa keburukan dengan mengebom orang-orang tak bersalah.
Namun dalam peristiwa lainnya, saat pesta sunat sebagai
lambang persatuan Alwi dan keluarganya di Gorontalo, Rudy baru sadar kalau
keluarganya terpecah belah karena jarak. Sejak itu dia ingin membuat sesuatu
yang bisa menghubungkan Papi dengan keluarga di Gorontalo dan Mami dengan
keluarganya di Jawa. Sehingga iya berkeinginan dan memiliki cita-cita untuk
dapat membuat pesawat terbang.
Ayah Rudy selalu menanamkan nilai-nilai pendidikan dan
spiritual terhadap anaknya. Iya mengajarkan ilmu agama yang baik, memberikan
motivasi dan dorongan untuk Rudy. Beliau mengajarkan kepada Rudy agar selalu
menjadi Mata Air yang dapat mengalir jernih dan berguna untuk sekitarnya. Dan pesan itulah
yang sangat diingat oleh Rudy sehingga dapat menjadi orang yang hebat seperti
sekarang.
Rudy adalah orang yang kuat dan mampu menjadi pemimpin.
Hal ini dibuktikan ketika ayahnya mengajaknya untuk shalat berjamaah dengan
keluarga lainnya. Saat diajak oleh ayahnya,
Rudy sedang bermain dengan meccano-nya dan berinovasi untuk suatu saat
nanti dapat membuat pesawat terbang. Dan ayahnya pun berjanji untuk membantunya
menggapai cita-citanya tersebut. Namun saat shalat berjamaah yang dipimpin oleh
ayahnya sendiri. Allah berkehendak lain. Ayah beliau meninggal saat sedang
sujud, karena terlalu lama sujud Rudy melihat kedepan dan menarik kaki ayahnya
dan ayahnya pun terlentang jatuh disamping sajadah. Dengan cucuran air mata
Rudy langsung mengambil alih dan memimpin shalat berjamaah tersebut hingga
selesai. Dan akhirnya suasana saat itu membuat keluarga Rudy
merasa terpukul, menangis dan sedih melihat ayahnya meninggalkan mereka
untuk selama-lamanya.
Demi melanjutkan pendidikannya, Rudy berangkat ke Jakarta
tak lama setelah peringatan 40 hari meninggalnya Papi (sebutan untuk ayahnya).
Rudy bersekolah di sekolah internasional setingkat SMP dan SMA di depan Stasiun
Kereta Api Gambir. Nama sekolahnya Carpentier Alting Stichting (CAS). Sekolah
terbaik di Jakarta pada saat itu. Karena tak betah, pada Desember 1950, Rudy
bertolak ke Bandung. Rencana Rudy bersekolah di Bandung disetujui oleh Mami.
Tapi di sana Rudy malah diturunkan kembali ke SMP karena tak bisa bahasa
Indonesia sebelum dia boleh masuk ke SMA Kristen.
Dia juga di bully kawan-kawan barunya.
Dipanggil ‘londo ireng’ karena tak bisa berbahasa Indonesia dan
dipanggil ‘banci’ karena wajahnya yang imut dan pipi yang selalu bersemu merah.
Teman-temannya tahu Rudy susah menjawab karena dia gagap. Saat tahu Rudy turun
kelas, Mami bahkan memboyong seluruh keluarganya untuk pindah ke Bandung.
Sepanjang SMA Rudy menjadi bintang sekolah. Nilai ilmu
pastinya selalu sempurna walau di pelajaran lain nilainya rendah. Karena
kecerdasaanya Rudy dijodoh-jodohkan oleh Go Ke Hong (guru ilmu pasti) dengan
Ainun, adik kelasnya, yang sama pintarnya. Tapi karena ejekan itu lah Rudy
malah mengejek Ainun ‘jelek’ agar tak terus menerus dijodohkan. Rudy pada saat
itu sudah menjalin hubungan dengan Farida, kakak kelasnya.
Setelah lulus SMA, Rudy Habibie memberanikan diri untuk
melanjutkan pendidikannya di Teknik Penerbangan Universitas RWTH Kota Aachen
Jerman demi mewujudkan cita-citanya untuk membuat pesawat terbang. Bukan hanya
belajar membuat pesawat terbang, tetapi di sana
Rudy juga harus belajar hidup dalam kondisi terbatas, rasa rindu tanah air,
dan arti persahabatan, cinta, juga
pengkhianatan bersama para mahasiswa Indonesia yang baru dikenal nya di sana.
Pada Agustus 1955 Rudy sempat menyaksikan Bung Karno
pidato pada saat kunjungannya ke Bonn. Inti pidato itu, Bung Karno menekankan
pentingnya kemandirian di sarana-prasarana perhubungan di Indonesia. Untuk
menghubungkan pulau-pulau di Indonesia dibutuhkan kapal untuk barang dan
pesawat terbang untuk barang dan manusia. Karena itu, sangat dibutuhkan teknisi
dan sarjana yang memiliki keahlian di bidang perhubungan laut dan udara,
sehingga mahasiswa yang mendapatkan beasiswa Jerman memang diharapkan mampu
membuat kapal dan pesawat sendiri untuk Indonesia ketika mereka pulang. Bung
Karno lalu berpesan kepada Rudy, “Kamu ini harapan bangsa! Jangan terpikat
dengan noni-noni.” Noni adalah istilah untuk perempuan bule.
Tinggal di negeri orang tanpa beasiswa membuat Rudy harus
menghemat biaya pengeluarannya. Agar menghemat uang yang memang pas-pasan, Rudy
mengambil rumah murah di pinggir kota. Di sana Rudy tinggal di rumah keluarga
Neuefeiend di Frankenberg Str 16, Aachen. Kamar yang disewanya tak punya kamar
mandi dan pemanas. Hanya ada wastafel, toilet untuk buang air kecil dan besar,
tetapi tidak boleh dipakai untuk mandi. Dia sering berada di perpustakaan
hingga tempat itu tutup. Dia senang karena di sana hangat, bisa minum, dan
kadang-kadang malah diberi apel oleh penjaga perpustakaan.
Karena tak ingin membuang-buang waktu selama di sana,
ketika teman-teman Indonesianya memilih untuk kerja praktik di Jerman demi
menambah pengalaman dan mendapatkan honor, Rudy langsung mengikuti ujian
Studienkollegs. Akibatnya, Rudy menjadi satu-satunya calon mahasiswa dari
Indonesia yang mengikuti ujian tersebut.
Hasil ujian Rudy ternyata mencengangkan, ia
mendapatkan nilai hampir 10. Rudy kemudian terkenal sebagai mahasiswa yang
qualified dan cerdas. Rudy punya target bahwa dia harus bisa menyelesaikan
kuliah setinggi-tingginya dalam waktu secepat-cepatnya. Rata-rata mahasiswa
Aachen membutuhkan waktu sepuluh tahun untuk bisa lulus hingga jenjang S-3 atau
mendapat gelar Dr. Ing. pada saat itu.
Di Aachen Jerman, Rudy menjadi dekat dengan Lim Keng Kie,
seorang keturunan Tionghoa. Ayu, seorang adik putri Keraton Solo. Poltak,
pemuda Batak yang jujur dan jenaka. Dan Peter, seorang mahasiswa senior. Namun
demikian juga terdapat Ilona,, mahasiswi keturunan Polandia yang sempat
memberikan arti cinta kepada Rudy Habibie, meskipun beda negara, tetapi justru
Ilona lah yang paling percaya pada cita-cita Rudy. Karena tak mudah bagi Rudy
untuk mendapat dan mencari seorang teman yang sepaham dan mau mendukungnya.
Rudy juga harus berhadapan dengan Panca dan
teman-temannya. Yang merupakan mantan dari Tentara Pelajar yang diberikan
penghargaan oleh negara dalam hal ini Bapak Ir.Soekarno dengan pembiayaan melanjutkan pendidikan di
Jerman. Beda dengan Rudy yang hanya dengan biaya sendiri melanjutkan pendidikan
tersebut yang ditandai dengan perbedaan warna Paspor diwaktu itu. Panca melihat Indonesia
membutuhkan solusi yang berbeda dengan visi Rudy. Perlawananan dua kubu ini akhirnya
membuat kata berubah menjadi air mata, air mata berubah menjadi darah, dan
darah berubah menjadi pertaruhan nyawa.
Di Jerman Barat pula Rudy tumbuh menjadi Indonesia.
Selain sibuk menuntut ilmu, Rudy juga tak ketinggalan ikut aktif di organisasi
mahasiswa. Ini yang membuatnya mulai tak gagap lagi karena sering berdebat.
Kemunculan PPI di Eropa memicu mahasiswa-mahasiswa di tiap negara Eropa untuk
membuat cabang dari Perhimpunan Pelajar Indonesia.
Akhirnya, PPI Jerman didirikan pada 4 Mei 1956 di Bad
Godesberg, Bonn, yang menaungi 11 cabang PPI, termasuk PPI cabang Aachen. Pada
saat itu, ada tiga orang yang dipilih untuk menjadi pengurus PPI Aachen.
Sebagai ketua, ditunjuklah Peter Manusama, yang dikenal sebagai pribadi yang
penyabar. Rudy yang penuh semangat ditunjuk menjadi sekretaris PPI. Keng Kie
punya tanggung jawab besar karena dia yang ditunjuk sebagai bendahara.
Pada 1957, Rudy terpilih menjadi ketua PPI Aachen.
Program pertama yang Rudy gagas adalah membuat klubraum, sebuah tempat
berkumpul dan berdiskusi. Tempat ini didanai dari sumbangan teman-teman dan
merupakan sebuah apartemen yang disewa bersama-sama. Ini dilakukan untuk
menghilangkan rasa keterasingan bagi mahasiswa Indonesia yang belajar di Jerman
Barat. Di klubraum, Rudy mulai berdiskusi dengan kawan-kawan mahasiswa. Ia memiliki
gagasan besar untuk mengadakan Seminar
Pembangunan. Menurut Rudy, mahasiswa yang bersekolah di luar negeri harus
memiliki rencana-rencana nyata untuk membangun Indonesia ketika mereka pulang
nanti.
Dalam mempertahankan gagasannya, Rudy menghadapi banyak
masalah-masalah yang selalu bermunculan dan menghambatnya mengadakan Seminar
Pembangunan tersebut. Dimulai dari ditentangnya
oleh duta besar Indonesia di Jerman, para seniornya di Hamburg dan juga
ditindas oleh pemerintah Jerman sendiri yang mengganggapnya sebagai ancaman
negara. Gara-gara memaksakan kehendaknya, Rudy sempat
jatuh sakit dan didiagnosa oleh tim medis bahwa dirinya mengidap Tuberculosis
Tulang. Dia pingsan dan tersadar setelah tiga hari. Saat dirawat Rudy sempat
menulis sebuah Puisi yang menandakan betapa cintanya dia dengan Indonesia.
Puisi tersebut berupa sumpah dengan bunyi : Terlentang! Jatuh! Perih! Kesal! Ibu Pertiwi.....Engkau
pegangan.....Dalam perjalanan.....Janji Pusaka dan Sakti.....Tanah Tumpah
darahku makmur dan suci.....Hancur badan!.....Tetap berjalan!.....Jiwa besar
dan suci....Membawa aku PADAMU!. karena
sakit, akhirnya Seminar Pembangunan yang digagasnya pun kandas.
Karena mendengar berita, Mami (Sebutan
untuk Ibunya) menjenguk Rudy di Jerman. Mami Rudy pun sempat bertanya-tanya
tentang kisah jatuh cinta Rudy dengan seorang perempuan kelahiran Polandia
bernama Illona Ianovska. Sebelumnya Rudy mendapat perhatian penuh dari Ayu,
adik putri keraton Solo tapi gak ditanggapin. Pada akhirnya kisah cinta Rudy
juga gak berjalan lancar. Mami Rudy menemui Illona serta membujuknya pindah
agama dan tinggal di Indonesia. Illona yang merasa Rudy tidak sepenuh hati
mencintainya menantang Rudy untuk memilih antara dirinya atau Indonesia. Karena
begitu besar Cintanya terhadap Indonesia, Di stasiun kereta Rudy memilih
pilihannya dan meninggalkan Illona.
Ending Film ini berakhir ketika Rudy,
Liem Keng Kie, Ayu, Peter Manumasa, Poltak dan Sugeng bersama pergi ke Praha.
Demi kelanjutan Seminar pembangunannya
yang sebelumnya digagas teman-teman Rudy di saat keabsenannya karena
sakit.
Inilah Rudy, kisah masa muda Sang Visioner yang berani
dan mampu mengejar cita-cita demi bangsanya. Kisah tentang perjalanan tumbuh
dewasa seorang anak laki-laki dan Indonesia yang masih belia. Kisah tentang
kehilangan, tentang kecewa, tentang cinta, tentang bahagia dan duka yang
beriringan, serta pencarian atas cinta sejatinya.
Demikian Sinopsis Film Rudy Habibie (Habibie Ainun 2).
Semoga dapat bermanfaat untuk para pembaca dan penulis pada khususnya. Salam
Hormat Kami untuk Eyang Bacharuddin Jusuf Habibie. Semoga tetap sehat selalu. Dan tetap
menginspirasi kami para Generasi Pelanjut Indonesia kedepannya.
Wassalamu Alaikum Wr.Wb.
Penulis : Muhammad Thaufiq Hidayat
Genre : Drama
Produser : Manoj Punjabi
Sutradara : Hanung Bramantyo
Penulis Naskah : Ginanti S. Noer
Produser : Manoj Punjabi
Sutradara : Hanung Bramantyo
Penulis Naskah : Ginanti S. Noer
Tanggal Rilis : 25 Juni 2016
Rumah Produksi : MD Pictures
MPAA : Remaja (R 13+)
Durasi : 2 Jam 30 Menit
Negara : Indonesia
Rumah Produksi : MD Pictures
MPAA : Remaja (R 13+)
Durasi : 2 Jam 30 Menit
Negara : Indonesia
Pendalaman tokoh vs Spoiler alert
·
Bacharuddin Jusuf Habibie atau disebut
Rudy kelahiran Jawa-Bugis. Anak keempat dari delapan bersaudara; di film
saudara Habibie ada 5? Ayahnya bernama Alwi Abdul Jalil Habibie. Ibunya bernama
R.A Tuti Marini Puspowardojo. Mulanya kuliah di Universitas Indonesia Bandung.
Mengambil S1 jurusan teknik penerbangan di di RWTH, Aachen, Jerman.
·
Liem Keng Kie, seorang cowok Tionghoa
tapi fasih berbahasa Sunda. Teman baik dari Rudy. Setelah menyelesaikan
studi-nya di Jerman dia akan kembali ke Indonesia menjadi dosen sebuah
universitas di Bandung. Menjadi bendahara PPI se-Eropa.
·
Ayu, adik dari putri keraton Solo yang
juga sahabat baik dari Rudy. Karena cintanya tak terbalas dia sempat
mengkhianati Rudy dalam jejak pendapat Seminar Pembangunan.
·
Peter Manumasa, merupakan mantan
tentara pejuang kemerdekaan. Memihak Rudy dalam Seminar Pembangunan. Menjadi
sekretaris umum PPI se-Eropa.
·
Poltak Hasibuan, seorang anak Medan
yang lucunya ampun. Selalu memakai pakaian yang gak nyambung. Menaruh perhatian
kepada Ayu.
·
Sugeng, abdi keraton Solo yang
ditugaskan untuk menjaga Ayu di Jerman.
·
Illona Ianovska, cewek berdarah
Polandia yang berhasil memikat hati Rudy. Pada mulanya tinggal bersama orang
tuanya di Marsawa namun rumahnya di bom dan terpaksa tinggal di dalam bunker.
Berprofesi sebagai perawat.
·
Panca, Mario dan Agus; senior-senior
yang selalu menindas Rudy.
·
Rudy tinggal di rumah keluarga
Neuefiend di Jerman. Keluarga ini keturunan Belanda-Jerman. Pendeta yang
membantunya mencari penginapan bernama Gilbert Patu.
·
Setting tempat film ini antara lain
Pare-pare (tempat tinggal masa kecil Rudy), Gorontalo (tempat tinggal
kakek-nenek Rudy), Makasar (tempat tinggal ibu Rudy kelak), Aachen (tempat
studi Rudy di Jerman) dan Praha.
·
Rudy menyelesaikan kuliah S1 nya selama
satu tahun. Kemudian dia mencoba bekerja di sebuah perusahaan pembuat pesawat
di Klöckner Humboldt, Deutz. Disana dia sudah bisa menerbangkan
pesawat buatannya sendiri. Bukan pesawat besar melainkan pesawat dengan ukuran
yang lebih kecil. Diketahui dia mengambil jurusan S2.
·
The Tillman Brothers, nama grup musik
yang selalu menjadi host pesta dansa mahasiswa Indonesia. Sountrack populernya
berjudul Baby You Are Mine.
·
Rudy membantu keluarga Neuefiend
dalam memperbaiki penghangat ruangan mereka. Alat penghangat diganjel dengan
batu agar tidak miring dan menaruh nampan besi di antara dinding dan mesin
untuk mempercepat menghantarkan panas.
·
Rudy berhasil memecahkan masalah
mengapa pesawat-pesawat terbang rentan untuk jatuh. Menghitung panjang, lebar,
dan ketebalan yang pas agar pesawat itu bisa terbang. Kayu balsa yang biasa
digunakannya dikombinasikan dengan mur dan motor kecil agar bisa terbang.
·
Rudy juga memecahkan masalah kenapa
kapal selam tidak mampu turun dibawah kedalaman 30 meter. Dia berkata jika
bentuk kapal selam yang lonjong tidak mampu menahan tekanan, harusnya berbentuk
bulat yang dimisalkannya dengan bakso.
·
Suatu saat Rudy sholat di dalam gereja
dan bertemu seorang romo bernama Yusuf Biliarta Mangunwijaya. Dia menanyakan
apa yang harus dilakukannya dengan "mata air". Perkataan dari romo
inilah yang memantapkan Rudy kembali ke Indonesia.
·
Illona meminta Rudy memilih antara
dirinya atau Indonesia. Jawabannya ditunggu di sebuah statiun tempat Illona
akan pergi. Diketahui Illona mendapatkan pekerjaan sebagai perawat di rumah
sakit di Bonn. Rudy memang menemuinya di stasiun namun hanya mengucapkan
selamat tinggal. Rudy lebih mencintai Indonesia daripada Illona. Ini adegan so
sweet banget...
·
Ayah Rudy meninggal saat sedang sholat
berjamaah.
Terima kasih banyak, izin mengambil sebagian isinya buat makalah
ReplyDeleteMakasih banget, membantu buat pekerjaan sekolah :))))
ReplyDelete