Breaking News

Blogger templates

Blogger templates

Blogroll

Template Information

Wavy Tail

Friday, August 5, 2016

Sinopsis Film Rudy Habibie (Habibie & AInun 2) Lengkap



Assalamu Alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita dapat diberi kesehatan untuk menjalankan aktivitas kita sehari-hari. Tak lupa, Salawat dan Salam semoga tetap tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Serta kepada keluarga, para sahabat-sahabatnya, dan seluruh umatnya.

Hari Rabu tanggal 3 Juli 2016, saya dan sahabat yang berinisial Mr.A dan Mrs.G sedang  nonton di salah satu bioskop yang ada di Kota Makassar, yaitu Bioskop Cinema 21 M’TOS.

Kami memilih nonton film Rudy Habibie (Habibie & Ainun 2) yang merupakan film yang sangat boming pada waktu itu, dan memang sebelumnya saya sangat berkeinginan untuk nonton film tersebut. Saya sangat berharap dengan menonton film tersebut saya bisa mendapatkan nilai-nilai kehidupan yang menginspirasi saya untuk menjalani hidup kedepannya.

Untuk tidak terlupakan dan lebih berkesan, saya pribadi berinisiatif untuk membuat Sinopsis dari Film Rudy Habibie (Habibie Ainun 2) ini. Semoga dapat bermanfaat nantinya untuk para pembaca dan saya sendiri tentunya. 

Film ini menceritakan tentang kehidupan masa muda seorang visioner dan teknokrat, bapak Presiden Republik Indonesia ketiga yaitu Bapak Bacharuddin Jusuf Habibie yang dikenal dengan nama Rudy Habibie. Awal film ini mengisahkan waktu kecil Rudy yang hidup bersama Ayah dan Ibunya yaitu Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Rudy merupakan anak keempat dari delapan bersaudara. Ayahnya merupakan seorang ahli pertanian yang berasal dari etnis Gorontalo keturunan Bugis sedangkan Ibunya berasal dari etnis Jawa.

Rudy memanglah anak yang berbeda dengan anak anak kecil lain seusianya. Rasa ingin tahunya membuat Rudy selangkah lebih maju. Karena rasa ingin tahu dan kekeraskepalaan Rudy, banyak konsep cara kerja benda dia pahami sebelum mendapatkan teori fisikanya. Bila bermain adalah cara Rudy mendapatkan masalah, sekolah dan buku adalah cara dia mengakses jawaban dari permasalahan yang dihadapinya. Tapi karena fokusnya yang berbeda akhirnya Rudy menjadi anak yang bisa dianggap aneh,  gagap dan hanya mau berurusan dengan apa yang dia suka saja. Bahkan gara-gara dia mau melihat balon terbang, teman-teman sekelasnya jadi tak sengaja mengumpulkan kondom bekas dari pelabuhan karena mereka pikir itu balon.

Rudy Habibie merupakan anak yang cerdas, saleh dan sangat dekat dengan Ayahnya, hal ini dibuktikan dengan kasih sayang dan pengharapan  ayah yang sangat besar kepada Rudy. Rudy sangat suka bermain dengan  mainan meccano-nya, bahkan pada saat dia dan ibunya berlari menyelamatkan diri dari penjajah Jepang yang membombardir wilayah Pare-Pare pada tahun 1942 itu membuatnya harus masuk pengungsian,  ketika menyelamatkan diri, iya  melupakan meccano-nya,  dan iya nekat kembali berlari kerumah untuk mengambil mainan meccano kesayangannya. Di situ juga, kadang Rudy tak suka pada pesawat karena dalam logika anak-anaknya,  pesawat membawa keburukan dengan mengebom orang-orang tak bersalah.

Namun dalam peristiwa lainnya, saat pesta sunat sebagai lambang persatuan Alwi dan keluarganya di Gorontalo, Rudy baru sadar kalau keluarganya terpecah belah karena jarak. Sejak itu dia ingin membuat sesuatu yang bisa menghubungkan Papi dengan keluarga di Gorontalo dan Mami dengan keluarganya di Jawa. Sehingga iya berkeinginan dan memiliki cita-cita untuk dapat membuat pesawat terbang.

Ayah Rudy selalu menanamkan nilai-nilai pendidikan dan spiritual terhadap anaknya. Iya mengajarkan ilmu agama yang baik, memberikan motivasi dan dorongan untuk Rudy. Beliau mengajarkan kepada Rudy agar selalu menjadi Mata Air yang dapat mengalir jernih  dan berguna untuk sekitarnya. Dan pesan itulah yang sangat diingat oleh Rudy sehingga dapat menjadi orang yang hebat seperti sekarang.

Rudy adalah orang yang kuat dan mampu menjadi pemimpin. Hal ini dibuktikan ketika ayahnya mengajaknya untuk shalat berjamaah dengan keluarga lainnya. Saat diajak oleh ayahnya,  Rudy sedang bermain dengan meccano-nya dan berinovasi untuk suatu saat nanti dapat membuat pesawat terbang. Dan ayahnya pun berjanji untuk membantunya menggapai cita-citanya tersebut. Namun saat shalat berjamaah yang dipimpin oleh ayahnya sendiri. Allah berkehendak lain. Ayah beliau meninggal saat sedang sujud, karena terlalu lama sujud Rudy melihat kedepan dan menarik kaki ayahnya dan ayahnya pun terlentang jatuh disamping sajadah. Dengan cucuran air mata Rudy langsung mengambil alih dan memimpin shalat berjamaah tersebut hingga selesai. Dan akhirnya suasana saat itu membuat  keluarga Rudy  merasa terpukul, menangis dan sedih melihat ayahnya meninggalkan mereka untuk selama-lamanya.

Demi melanjutkan pendidikannya, Rudy berangkat ke Jakarta tak lama setelah peringatan 40 hari meninggalnya Papi (sebutan untuk ayahnya). Rudy bersekolah di sekolah internasional setingkat SMP dan SMA di depan Stasiun Kereta Api Gambir. Nama sekolahnya Carpentier Alting Stichting (CAS). Sekolah terbaik di Jakarta pada saat itu. Karena tak betah, pada Desember 1950, Rudy bertolak ke Bandung. Rencana Rudy bersekolah di Bandung disetujui oleh Mami. Tapi di sana Rudy malah diturunkan kembali ke SMP karena tak bisa bahasa Indonesia sebelum dia boleh masuk ke SMA Kristen.

Dia juga di bully kawan-kawan barunya. Dipanggil ‘londo ireng’ karena tak bisa berbahasa Indonesia dan dipanggil ‘banci’ karena wajahnya yang imut dan pipi yang selalu bersemu merah. Teman-temannya tahu Rudy susah menjawab karena dia gagap. Saat tahu Rudy turun kelas, Mami bahkan memboyong seluruh keluarganya untuk pindah ke Bandung.

Sepanjang SMA Rudy menjadi bintang sekolah. Nilai ilmu pastinya selalu sempurna walau di pelajaran lain nilainya rendah. Karena kecerdasaanya Rudy dijodoh-jodohkan oleh Go Ke Hong (guru ilmu pasti) dengan Ainun, adik kelasnya, yang sama pintarnya. Tapi karena ejekan itu lah Rudy malah mengejek Ainun ‘jelek’ agar tak terus menerus dijodohkan. Rudy pada saat itu sudah menjalin hubungan dengan Farida, kakak kelasnya.

Setelah lulus SMA, Rudy Habibie memberanikan diri untuk melanjutkan pendidikannya di Teknik Penerbangan Universitas RWTH Kota Aachen Jerman demi mewujudkan cita-citanya untuk membuat pesawat terbang. Bukan hanya belajar membuat pesawat terbang, tetapi di sana Rudy juga harus belajar hidup dalam kondisi terbatas, rasa rindu tanah air, dan  arti persahabatan, cinta, juga pengkhianatan bersama para mahasiswa Indonesia yang baru dikenal nya di sana.

Pada Agustus 1955 Rudy sempat menyaksikan Bung Karno pidato pada saat kunjungannya ke Bonn. Inti pidato itu, Bung Karno menekankan pentingnya kemandirian di sarana-prasarana perhubungan di Indonesia. Untuk menghubungkan pulau-pulau di Indonesia dibutuhkan kapal untuk barang dan pesawat terbang untuk barang dan manusia. Karena itu, sangat dibutuhkan teknisi dan sarjana yang memiliki keahlian di bidang perhubungan laut dan udara, sehingga mahasiswa yang mendapatkan beasiswa Jerman memang diharapkan mampu membuat kapal dan pesawat sendiri untuk Indonesia ketika mereka pulang. Bung Karno lalu berpesan kepada Rudy, “Kamu ini harapan bangsa! Jangan terpikat dengan noni-noni.” Noni adalah istilah untuk perempuan bule.

Tinggal di negeri orang tanpa beasiswa membuat Rudy harus menghemat biaya pengeluarannya. Agar menghemat uang yang memang pas-pasan, Rudy mengambil rumah murah di pinggir kota. Di sana Rudy tinggal di rumah keluarga Neuefeiend di Frankenberg Str 16, Aachen. Kamar yang disewanya tak punya kamar mandi dan pemanas. Hanya ada wastafel, toilet untuk buang air kecil dan besar, tetapi tidak boleh dipakai untuk mandi. Dia sering berada di perpustakaan hingga tempat itu tutup. Dia senang karena di sana hangat, bisa minum, dan kadang-kadang malah diberi apel oleh penjaga perpustakaan.

Karena tak ingin membuang-buang waktu selama di sana, ketika teman-teman Indonesianya memilih untuk kerja praktik di Jerman demi menambah pengalaman dan mendapatkan honor, Rudy langsung mengikuti ujian Studienkollegs. Akibatnya, Rudy menjadi satu-satunya calon mahasiswa dari Indonesia yang mengikuti ujian tersebut.

Hasil ujian Rudy ternyata mencengangkan, ia mendapatkan nilai hampir 10. Rudy kemudian terkenal sebagai mahasiswa yang qualified dan cerdas. Rudy punya target bahwa dia harus bisa menyelesaikan kuliah setinggi-tingginya dalam waktu secepat-cepatnya. Rata-rata mahasiswa Aachen membutuhkan waktu sepuluh tahun untuk bisa lulus hingga jenjang S-3 atau mendapat gelar Dr. Ing. pada saat itu.

Di Aachen Jerman, Rudy menjadi dekat dengan Lim Keng Kie, seorang keturunan Tionghoa. Ayu, seorang adik putri Keraton Solo. Poltak, pemuda Batak yang jujur dan jenaka. Dan Peter, seorang mahasiswa senior. Namun demikian juga terdapat Ilona,, mahasiswi keturunan Polandia yang sempat memberikan arti cinta kepada Rudy Habibie, meskipun beda negara, tetapi justru Ilona lah yang paling percaya pada cita-cita Rudy. Karena tak mudah bagi Rudy untuk mendapat dan mencari seorang teman yang sepaham dan mau mendukungnya.

Rudy juga harus berhadapan dengan Panca dan teman-temannya. Yang merupakan mantan dari Tentara Pelajar yang diberikan penghargaan oleh negara dalam hal ini Bapak Ir.Soekarno  dengan pembiayaan melanjutkan pendidikan di Jerman. Beda dengan Rudy yang hanya dengan biaya sendiri melanjutkan pendidikan tersebut yang ditandai dengan perbedaan warna Paspor  diwaktu itu. Panca melihat Indonesia membutuhkan solusi yang berbeda dengan visi Rudy. Perlawananan dua kubu ini akhirnya membuat kata berubah menjadi air mata, air mata berubah menjadi darah, dan darah berubah menjadi pertaruhan nyawa.

Di Jerman Barat pula Rudy tumbuh menjadi Indonesia. Selain sibuk menuntut ilmu, Rudy juga tak ketinggalan ikut aktif di organisasi mahasiswa. Ini yang membuatnya mulai tak gagap lagi karena sering berdebat. Kemunculan PPI di Eropa memicu mahasiswa-mahasiswa di tiap negara Eropa untuk membuat cabang dari Perhimpunan Pelajar Indonesia.

Akhirnya, PPI Jerman didirikan pada 4 Mei 1956 di Bad Godesberg, Bonn, yang menaungi 11 cabang PPI, termasuk PPI cabang Aachen. Pada saat itu, ada tiga orang yang dipilih untuk menjadi pengurus PPI Aachen. Sebagai ketua, ditunjuklah Peter Manusama, yang dikenal sebagai pribadi yang penyabar. Rudy yang penuh semangat ditunjuk menjadi sekretaris PPI. Keng Kie punya tanggung jawab besar karena dia yang ditunjuk sebagai bendahara.

Pada 1957, Rudy terpilih menjadi ketua PPI Aachen. Program pertama yang Rudy gagas adalah membuat klubraum, sebuah tempat berkumpul dan berdiskusi. Tempat ini didanai dari sumbangan teman-teman dan merupakan sebuah apartemen yang disewa bersama-sama. Ini dilakukan untuk menghilangkan rasa keterasingan bagi mahasiswa Indonesia yang belajar di Jerman Barat. Di klubraum, Rudy mulai berdiskusi dengan kawan-kawan mahasiswa. Ia memiliki gagasan besar untuk mengadakan  Seminar Pembangunan. Menurut Rudy, mahasiswa yang bersekolah di luar negeri harus memiliki rencana-rencana nyata untuk membangun Indonesia ketika mereka pulang nanti.

Dalam mempertahankan gagasannya, Rudy menghadapi banyak masalah-masalah yang selalu bermunculan dan menghambatnya mengadakan Seminar Pembangunan tersebut. Dimulai dari ditentangnya oleh duta besar Indonesia di Jerman, para seniornya di Hamburg dan juga ditindas oleh pemerintah Jerman sendiri yang mengganggapnya sebagai ancaman negara. Gara-gara memaksakan kehendaknya, Rudy sempat jatuh sakit dan didiagnosa oleh tim medis bahwa dirinya mengidap Tuberculosis Tulang. Dia pingsan dan tersadar setelah tiga hari. Saat dirawat Rudy sempat menulis sebuah Puisi yang menandakan betapa cintanya dia dengan Indonesia. Puisi tersebut berupa sumpah dengan bunyi : Terlentang! Jatuh! Perih! Kesal! Ibu Pertiwi.....Engkau pegangan.....Dalam perjalanan.....Janji Pusaka dan Sakti.....Tanah Tumpah darahku makmur dan suci.....Hancur badan!.....Tetap berjalan!.....Jiwa besar dan suci....Membawa aku PADAMU!. karena sakit, akhirnya Seminar Pembangunan yang digagasnya pun kandas.

Karena mendengar berita, Mami (Sebutan untuk Ibunya) menjenguk Rudy di Jerman. Mami Rudy pun sempat bertanya-tanya tentang kisah jatuh cinta Rudy dengan seorang perempuan kelahiran Polandia bernama Illona Ianovska. Sebelumnya Rudy mendapat perhatian penuh dari Ayu, adik putri keraton Solo tapi gak ditanggapin. Pada akhirnya kisah cinta Rudy juga gak berjalan lancar. Mami Rudy menemui Illona serta membujuknya pindah agama dan tinggal di Indonesia. Illona yang merasa Rudy tidak sepenuh hati mencintainya menantang Rudy untuk memilih antara dirinya atau Indonesia. Karena begitu besar Cintanya terhadap Indonesia, Di stasiun kereta Rudy memilih pilihannya dan meninggalkan Illona.

Ending Film ini berakhir ketika Rudy, Liem Keng Kie, Ayu, Peter Manumasa, Poltak dan Sugeng bersama pergi ke Praha. Demi kelanjutan Seminar pembangunannya  yang sebelumnya digagas teman-teman Rudy di saat keabsenannya karena sakit.

Inilah Rudy, kisah masa muda Sang Visioner yang berani dan mampu mengejar cita-cita demi bangsanya. Kisah tentang perjalanan tumbuh dewasa seorang anak laki-laki dan Indonesia yang masih belia. Kisah tentang kehilangan, tentang kecewa, tentang cinta, tentang bahagia dan duka yang beriringan, serta pencarian atas cinta sejatinya.

Demikian Sinopsis Film Rudy Habibie (Habibie Ainun 2). Semoga dapat bermanfaat untuk para pembaca dan penulis pada khususnya. Salam Hormat Kami untuk Eyang Bacharuddin Jusuf Habibie. Semoga tetap sehat selalu. Dan tetap menginspirasi kami para Generasi Pelanjut Indonesia kedepannya.

Wassalamu Alaikum Wr.Wb.



 Penulis : Muhammad Thaufiq Hidayat



Genre            : Drama
Produser       : Manoj Punjabi
Sutradara      : Hanung Bramantyo
Penulis Naskah : Ginanti S. Noer
Tanggal Rilis : 25 Juni 2016
Rumah Produksi : MD Pictures
MPAA          : Remaja (R 13+)
Durasi           : 2 Jam 30 Menit
Negara          : Indonesia

Pendalaman tokoh vs Spoiler alert

·       Bacharuddin Jusuf Habibie atau disebut Rudy kelahiran Jawa-Bugis. Anak keempat dari delapan bersaudara; di film saudara Habibie ada 5? Ayahnya bernama Alwi Abdul Jalil Habibie. Ibunya bernama R.A Tuti Marini Puspowardojo. Mulanya kuliah di Universitas Indonesia Bandung. Mengambil S1 jurusan teknik penerbangan di di RWTH, Aachen, Jerman.
·       Liem Keng Kie, seorang cowok Tionghoa tapi fasih berbahasa Sunda. Teman baik dari Rudy. Setelah menyelesaikan studi-nya di Jerman dia akan kembali ke Indonesia menjadi dosen sebuah universitas di Bandung. Menjadi bendahara PPI se-Eropa.
·       Ayu, adik dari putri keraton Solo yang juga sahabat baik dari Rudy. Karena cintanya tak terbalas dia sempat mengkhianati Rudy dalam jejak pendapat Seminar Pembangunan.
·       Peter Manumasa, merupakan mantan tentara pejuang kemerdekaan. Memihak Rudy dalam Seminar Pembangunan. Menjadi sekretaris umum PPI se-Eropa.
·       Poltak Hasibuan, seorang anak Medan yang lucunya ampun. Selalu memakai pakaian yang gak nyambung. Menaruh perhatian kepada Ayu.
·       Sugeng, abdi keraton Solo yang ditugaskan untuk menjaga Ayu di Jerman.
·       Illona Ianovska, cewek berdarah Polandia yang berhasil memikat hati Rudy. Pada mulanya tinggal bersama orang tuanya di Marsawa namun rumahnya di bom dan terpaksa tinggal di dalam bunker. Berprofesi sebagai perawat.
·       Panca, Mario dan Agus; senior-senior yang selalu menindas Rudy.
·       Rudy tinggal di rumah keluarga Neuefiend di Jerman. Keluarga ini keturunan Belanda-Jerman. Pendeta yang membantunya mencari penginapan bernama Gilbert Patu.
·       Setting tempat film ini antara lain Pare-pare (tempat tinggal masa kecil Rudy), Gorontalo (tempat tinggal kakek-nenek Rudy), Makasar (tempat tinggal ibu Rudy kelak), Aachen (tempat studi Rudy di Jerman) dan Praha.
·       Rudy menyelesaikan kuliah S1 nya selama satu tahun. Kemudian dia mencoba bekerja di sebuah perusahaan pembuat pesawat di Klöckner Humboldt, Deutz. Disana dia sudah bisa menerbangkan pesawat buatannya sendiri. Bukan pesawat besar melainkan pesawat dengan ukuran yang lebih kecil. Diketahui dia mengambil jurusan S2.
·       The Tillman Brothers, nama grup musik yang selalu menjadi host pesta dansa mahasiswa Indonesia. Sountrack populernya berjudul Baby You Are Mine.
·       Rudy membantu keluarga Neuefiend dalam memperbaiki penghangat ruangan mereka. Alat penghangat diganjel dengan batu agar tidak miring dan menaruh nampan besi di antara dinding dan mesin untuk mempercepat menghantarkan panas.
·       Rudy berhasil memecahkan masalah mengapa pesawat-pesawat terbang rentan untuk jatuh. Menghitung panjang, lebar, dan ketebalan yang pas agar pesawat itu bisa terbang. Kayu balsa yang biasa digunakannya dikombinasikan dengan mur dan motor kecil agar bisa terbang.
·       Rudy juga memecahkan masalah kenapa kapal selam tidak mampu turun dibawah kedalaman 30 meter. Dia berkata jika bentuk kapal selam yang lonjong tidak mampu menahan tekanan, harusnya berbentuk bulat yang dimisalkannya dengan bakso.
·       Suatu saat Rudy sholat di dalam gereja dan bertemu seorang romo bernama Yusuf Biliarta Mangunwijaya. Dia menanyakan apa yang harus dilakukannya dengan "mata air". Perkataan dari romo inilah yang memantapkan Rudy kembali ke Indonesia.
·       Illona meminta Rudy memilih antara dirinya atau Indonesia. Jawabannya ditunggu di sebuah statiun tempat Illona akan pergi. Diketahui Illona mendapatkan pekerjaan sebagai perawat di rumah sakit di Bonn. Rudy memang menemuinya di stasiun namun hanya mengucapkan selamat tinggal. Rudy lebih mencintai Indonesia daripada Illona. Ini adegan so sweet banget...
·       Ayah Rudy meninggal saat sedang sholat berjamaah.



2 comments:

  1. Terima kasih banyak, izin mengambil sebagian isinya buat makalah

    ReplyDelete
  2. Makasih banget, membantu buat pekerjaan sekolah :))))

    ReplyDelete

Designed By Thaufiq